Senin, 31 Desember 2007

Mengangkat Citra Jamu ke Kelas Atas

http://www.sajadah.net/comments.php?id=233_0_1_0_C

Thu Jun 12, 2003
Mengangkat Citra Jamu ke Kelas Atas

Pengusaha jamu terus berinovasi dalam mengembangkan produknya. Sayang, pemerintah masih memandang sebelah mata

Orang pintar, minum Tolak Angin!” ujar Sophia Latjuba kepada Rhenald Kasali. Dialog singkat antara artis kelahiran Berlin, Jerman, 33 tahun silam, dan pakar manajemen pemasaran itu merupakan cuplikan adegan iklan yang menampilkan produk Tolak Angin dari Jamu Sido Muncul.

Iklan itu secara tidak langsung memberi gambaran betapa industri jamu saat ini sudah sejajar dan bisa bersaing dengan obat-obatan lainnya. Sebab, selama ini, jamu diposisikan sebagai sesuatu yang tidak higienis, tidak modern, dan tradisional yang hanya diperuntukkan bagi masyarakat kelas bawah. Semua itu diubah oleh perusahaan jamu yang menggunakan bahan alami negeri sendiri dengan membangun industri jamu lewat sentuhan modern.
Bukan itu saja. Sido Muncul, salah satu produsen jamu terbesar di Indonesia yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah, juga tampil sebagai benchmark atau standar di industri jamu. Menariknya lagi, bukan profit yang menjadi ukuran sukses, melainkan seberapa banyak produknya memberi manfaat. Terbukti, berbagai penghargaan telah diterima sebagai wujud sumbangsih Sido Muncul bagi masyarakat dan lingkungan.

Lihat saja Kehati Award dan The Best Brand Award yang diterima Sido Muncul pada tahun 2000. Lalu, dua tahun berselang, mereka juga mendapat predikat Perusahaan Teladan serta penghargaan ICSA (Indonesian Customer Satisfaction Award). Terakhir, berkat konsistensi serta strategi promosi yang sistematis, Sido Muncul memperoleh Cakram Award 2003. Bagi Sido Muncul, semua penghargaan yang direngkuh itu bukti bahwa visi yang mereka terapkan berhasil menjadi haluan perusahaan.

Aneh memang jika manajemen Sido Muncul menetapkan visi demikian. Tidak jarang, banyak yang mempertanyakan, mengapa tidak membuat visi semisal menjadi pabrik jamu yang terbesar saja?
Tapi bagi Irwan Hidayat, Presdir PT Sido Muncul, kalau bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, keuntungan akan datang dengan sendirinya. Visi ini diterapkan pertama kali pada tahun 1994.

Jika Sido Muncul berkomitmen pada visi bermanfaat bagi semua, PT Nyonya Meneer lain lagi. Perusahaan yang juga berlokasi di Semarang ini selalu berusaha membuat yang terbaik, tidak setengah-setengah dalam pengembangan jamu. Maka, moto yang dipegang adalah “Menjual nilai yang tepat kepada konsumen.”

Bergantung pada Inovasi
Karena itu, untuk memenuhi permintaan pasar, Nyonya Meneer terus melakukan terobosan dan inovasi dalam memproduksi jamunya. Langkah ini terbilang pesat. Sebab, hingga awal 1990, tercatat lebih dari 150 macam produk jamu. Aneka ragam jenis obat tradisional ini dibagi menjadi 16 golongan, di antaranya Sehat Pria, Sehat Wanita, Galian Singset, dan Pelancar ASI.

Namun, menurut Charles Saerang, Presdir Nyonya Meneer, produk unggulannya tetap diarahkan untuk konsumsi wanita. Sebab, dibanding laki-laki, wanita masih mau membelanjakan uangnya untuk mempercantik dan menjaga kesehatan tubuhnya. Produk unggulan di segmen ini ada yang disebut PK atau pesanan khusus. Dari namanya saja, bisa diketahui seperti apa produk PK ini. “Hampir 90% pasar perempuan ini menyumbang omzet perusahaan,” ujar Charles.

Tentu saja segmen yang digarap adalah wanita kelas menengah ke atas. Ini sesuai dengan trade mark Nyonya Meneer sebagai jamunya “para priyayi”. Untuk mendekatkan diri dengan pelanggannya, dua program unggulan telah disiapkan Charles yang baru saja didaulat menjadi Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu. Pertama, acara “Sehat Alami” setiap Minggu pagi di Metro TV. Kedua, membuka kafe Nyonya Meneer di Senayan Trade Center, lantai 6.

Ke depan, perusahaan ini berencana go public karena proses globalisasi yang sudah di depan mata. Tak tanggung-tanggung, Charles akan menggandeng perusahaan multinasional. “Enggak masalah jika saham saya cuma 5% asalkan perusahaan menjadi besar dan maju,” ujarnya.
Keinginan untuk memajukan industri jamu yang selama ini terkena stigma “industri tradisional dengan manajemen keluarga” dan kerap dipandang sebelah mata, juga melanda Irwan Hidayat, bos Jamu Sido Muncul. Ia berkeyakinan bahwa untuk bisa menembus pasar dunia, industri jamu harus memperkuat basis performa perusahaan terhadap inovasi yang berlangsung terus-menerus.

Untuk itu, kata Benika Ifada, Manajer Humas PT Sido Muncul, perusahaannya mengalokasikan dana sampai Rp 3 miliar untuk bagian riset dan pengembangan. Kini, penelitian lebih difokuskan pada penciptaan produk jamu untuk mengobati penyakit degeneratif dan infeksi, antara lain asam urat, kolesterol, hipertensi, diabetes, dan kanker. Khusus untuk menjaga kesehatan, jamu unggulan Sido Muncul adalah Kuku Bima. Produk ini merupakan jamu kuat untuk para pria, terutama yang berusia 50 tahun ke atas.

Mahalnya biaya penelitian terjawab dengan terus meningkatnya volume produksi Jamu Sido Muncul yang setiap tahunnya sekitar 800 ton kering dengan nilai produksi Rp 180-200 miliar. Sedangkan volume ekspornya Rp 15 miliar per tahun. Tahun ini, perusahaan menargetkan penjualan senilai Rp 180-200 miliar.

Selain Nyonya Meneer dan Sido Muncul, perusahaan jamu yang cukup inovatif adalah PT Jamu Jago. Produk inovatifnya yang sangat populer adalah Jamu Buyung Upik yang ditujukan buat anak-anak. Karena itu, rasanya enak dan manis, tidak pahit seperti jamu pada umumnya.

Ide tersebut bukan muncul begitu saja, tapi berangkat dari pengalaman dan pengamatan Jaya Suprana, Bos PT Jamu Jago. “Saya dikatakan gila ketika mengemukakan ide Jamu Buyung Upik ini,” ujarnya kepada Nurdin Al Fahmi dari TRUST sambil tertawa. Kini, kegilaan pencetus Museum Rekor Indonesia (Muri) itu terbayarkan dengan meledaknya produk tersebut.

sumber:majalah trust

Related Entries:
produk-produk Islam
BLK Pesantren Membekali Santri Menembus Pasar Global
CD-SMEs, TELKOM, dan BRI Fasilitasi Penggalangan Industri UKM Melalui SME Center dan Layanan E-Business
Gelar Teladan untuk Sido Muncul
H. Ikrom Ke Amerika Bersama Tempe


Profil UKM dan Koperasi

http://www.sajadah.net/profilbisnis.php

Mon Aug 29, 2005
produk-produk Islam
Kami distributor produk-produk Islam, Busana muslim, Jilbab dan buku-buku, menawarkan kerja sama menjadi agen. Diskon sampai dengan 40 persen bagi yang berminat. Hubungi kami, masukkan nama dan alamat via email atau sms. Info selanjutnya kunjungi situs kami
website: http://tbsavira.blogspot.com Institution: SAVIRA UTAMA
contact person Neni Kurniati SAVIRA UTAMA
JL. MESJID II NO. 18 RT 09/02 KP. MELAYU BESAR, KEBON BARU, TEBET, JAK-SEL
PH. 021-8297726, 081511699092
Email: n3nkbae@yahoo.com
Wed Aug 17, 2005
Produk SariBumiMining
Nama Produk: galena / timah hitam
Unit: Kilogram
Harga per Unit: 950 IDR
Setifikasi: sucofindo

Keterangan:
Pb 40% up

Tue Aug 16, 2005
Produk INDOCITAGRO
Nama Produk: Peluang Usaha! Membuat Industri KERIPIK NANGKA, APEL, NANAS, dll
Unit: Unit
Harga per Unit: 22.000.000 IDR
Minimum Order: 1 Unit

Fri Jun 13, 2003
H. Ikrom Ke Amerika Bersama Tempe
Bermodal awal Rp 500 ribu, Haji Ikrom mampu memasarkan keripik tempenya hingga ke Amerika Serikat. Kini, omzetnya Rp 4 juta per hari.

Lutfi Yusniar dan Winuranto Adhi (Malang)

Thu Jun 12, 2003
Mengangkat Citra Jamu ke Kelas Atas
Pengusaha jamu terus berinovasi dalam mengembangkan produknya. Sayang, pemerintah masih memandang sebelah mata Tue Jun 03, 2003
Jatuh Bangun Raja Bisnis Taman Bermain
Rahmat Sutiono memang ‘’keras kepala’’. Walaupun pundi-pundi uang telah berhasil dia kumpulkan dari perusahaan distribusi oli miliknya, tak lantas menghapuskan obsesinya menjalankan bisnis taman bermain. Bahkan, sebagian keuntungan sebagai pengusaha penyalur minyak pelumas itu, ia benamkan untuk membangun areal taman hiburan.

Mon Jun 02, 2003
Jalan Panjang Menjadi Pengusaha Terbaik Tahu Tempe Bekasi
Semua orang butuh dukungan untuk lebih meraih sebuah keinginan. Begitu juga dalam dunia usaha. Semakin banyak dukungan diberikan untuk memajukan usaha, maka potensi keberhasilan akan semakin besar. Burhanudin, seorang pengusaha tempe yang cukup sukses, merasakan betul arti sebuah dukungan dalam menjalankan bisnisnya. Usahawan kecil asal Jawa Barat ini mengaku, usaha yang digelutinya selama ini mustahil bisa berhasil tanpa dukungan orang lain.’’Terutama istri saya,’’ pujinya.

ORGANISASI KADIN

http://www.kadin-indonesia.or.id/id/koperasi.php

ORGANISASI KADIN -› PROGRAM -› ASOSIASI/HIMPUNAN/KOPERASI

DAFTAR ANGGOTA KOPERASI-ANGGOTA LUAR BIASA (ALB)
KADIN INDONESIA

LIST OF ENTREPRENEURS ASSOCIATIONS EXTRA-ORDINARY MEMBER OF
KADIN INDONESIA

Induk Koperasi Pedagang Pasar
INKOPPAS
Induk Koperasi Wanita Pengusaha Insonesia
INKOWAPI
Koperasi Mabes ABRI
A B R I
Koperasi Distribusi Indonesia
K D I
Induk Koperasi Unit Desa
INDUK KUD
Induk Kopreasi Jamu
INKOJAM
Gabungan Koperasi Susu Indonesia
GKSI


JURNAL EKONOMI RAKYAT

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_2.htm

"EKONOMI RAKYAT DAN REFORMASI KEBIJAKAN" [26 Artikel]
> Juli 2007
USULAN KEBIJAKAN BERAS DARI BANK DUNIA: RESEP YANG KELIRU

Oleh: M. Husein Sawit
--- Sejak akhir 2006, Bank Dunia semakin sering mengeritik pemerintah tentang kenaikan harga beras, baik terbuka maupun tertutup. Akhir-akhir ini, Bank Dunia semakin aktif melobi dan menawarkan resep buat pemerintah, agar Indonesia menempuh privatisasi lembaga pangan, melepas cadangan beras nasional ke swasta, dan liberalisasi impor, mendorong agar swasta diperankan sebagai stabilisator harga dalam negeri.
> November 2004
Mengapa Bank Sulit Memberdayakan Ekonomi Rakyat?

Oleh: Mubyarto
--- Memberdayakan ekonomi rakyat di daerah terpencil Kutai Barat ternyata merupakan perjuangan berat bagi siapapun. Bahkan mereka yang percaya perbankan merupakan “agent of development” yang berperan kunci dalam memberdayakan ekonomi rakyat bisa “kecele” menyaksikan kenyataan pahit sulitnya bank bermitra akrab dengan pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang miskin, baik di wilayah Ulu Riam di Mahakam Ulu, di kampung-kampung pegunungan, maupun di dataran rendah sepanjang Sungai Mahakam.
> Oktober 2004
Siapa Lebih Merusak Lingkungan: Orang Miskin atau Orang Kaya?

Oleh: Mubyarto
--- Jika hutan kita menjadi gundul atau terbakar, sehingga lingkungan hidup kita rusak, siapa biang keladinya? Penduduk miskin di hutan-hutan dan sekitar hutan menebang hutan negara untuk memperoleh penghasilan untuk makan. Tetapi kayu-kayu yang diperolehnya ditampung calo-calo untuk dijual, dan kemudian dijual lagi untuk ekspor, yang semuanya “demi keuntungan”. Siapa yang paling bersalah dalam proses perusakan lingkungan ini?
> Juli 2004
Capres/Cawapres dan Ekonomi Rakyat

Oleh: Mubyarto
--- Menyimak secara serius pernyataan-pernyataan para Capres/Cawapres di media elektronik tentang program-program ekonomi yang dijanjikan kepada rakyat untuk dilaksanakan, jika mereka terpilih, dengan segala maaf saya harus menyatakan sangat prihatin. Pada umumnya para Capres/Cawapres belum memahami benar apa itu ekonomi rakyat, dan karena belum jelas pemahaman mereka mengenai ekonomi rakyat, maka sulit diharapkan dapat dirumuskannya program-program kongkrit bagaimana mengembangkannya, dan yang sangat sering diucapkan bagaimana memberdayakannya.
> Maret 2004
Relevansi Platform Ekonomi Pancasila Menuju Penguatan Ekonomi Rakyat

Oleh: Awan Santosa
--- Pemilu 2004 sudah pasti akan diwarnai dengan ‘pertarungan politik’ antar parpol, sekaligus juga antar kandidat calon presiden, caleg, dan antar calon anggota DPD. Hasilnya bisa jadi kekuasaan tetap dipegang ‘pemimpin lama’, atau mungkin pula akan muncul penguasa-penguasa baru, partai baru, dan orang-orang yang baru pula. Lalu, akan berubahkah nasib ekonomi bangsa kita? Tidak dapat dipastikan, kecuali ada ‘janji-janji’ perubahan kebijakan ataupun program ekonomi yang lebih banyak bersifat parsial dan konvensional dari partai peserta pemilu.
> November 2003
Mengembangkan Ekonomi Rakyat sebagai Landasan Ekonomi Pancasila

Oleh: Mubyarto
--- Pierre Van der Eng, seorang sejarawan Belanda menulis tentang strata ekonomi penduduk di jaman penjajahan. Pada tahun 1930, dua tahun setelah Sumpah Pemuda, 51,1 juta penduduk pribumi (Indonesia) yang merupakan 97,4% dari seluruh penduduk yang berjumlah 60,7 juta hanya menerima 3,6 juta gulden (0,54%) dari pendapatan "nasional” Hindia Belanda, penduduk Asia lain yang berjumlah 1,3 juta (2,2%) menerima 0,4 juta gulden (0,06%) sedangkan 241.000 orang Eropa (kebanyakan Belanda) menerima 665 juta gulden (99,4%)...
> November 2003
Perhatian terhadap Kondisi Persekolahan di Daerah Terpencil: Bukan Sekedar Reformasi, Harus Revolusi

Oleh: Mubyarto
--- Rusnawati (47 tahun) yang guru SD Kampung Sambung, Kecamatan Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, bertahun-tahun berjuang “sendirian”, dan kini bertanggungjawab atas pendidikan 25 anak yang terbagi atas 6 kelas yaitu kelas I: 8 murid, kelas II: 3 murid, kelas III: 3 murid, kelas IV: 1 murid, kelas V: 2 murid, dan kelas VI: 8 murid, sehingga total 25 murid.
> November 2003
Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktifitas Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Oleh: Vincent Gaspersz dan Esthon Foenay
--- Strategi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan berdasarkan pertumbuhan melalui pemerataan dengan prinsip membangun dari apa yang dimiliki rakyat dan apa yang ada pada rakyat, dengan titik berat pembangunan yang berlandaskan pada pembangunan ekonomi rakyat, pendidikan rakyat, dan kesehatan rakyat. Strategi pembangunan yang menjadi pilihan tersebut memerlukan langkah-langkah operasional yang terukur dan disesuaikan dengan paradigma baru pembangunan.
> November 2003
Distribusi Spasial UKM di Masa Krisis Ekonomi

Oleh: Aloysius Gunadi Brata
--- Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas, 14/12/2001). Namun, dalam kenyataannya selama ini UKM kurang mendapatkan perhatian.
> November 2003
Manusia, Kebebasan, dan Pembangunan

Oleh: Setyo Budiantoro
--- Mengingat masa kelam Orde Baru yang se-ring disebut ”orde pembangunan”, membuat pedih. Timbul pertanyaan mengganjal, apakah pembangunan akan selalu membawa destabilisasi? Sebuah proses yang mengakibatkan disparitas sosial-ekonomi membesar akibat laju modernisasi dan industrialisasi, serta menguntungkan sebagian kecil masyarakat? Timbul pula pertanyaan yang menggelisahkan, apakah sebuah ketakterhindaran (inevitability) historis, pembangunan selalu mengorbankan kebebasan manusia?
> Februari 2003
Ekonomi Rakyat Sepanjang 2002

Oleh: Mubyarto
--- Tahun 2002 adalah tahun yang benar-benar istimewa bagi ekonomi rakyat. Betapa tidak. Para ekonom makro pengritik pemerintah “dengan bangga” menunjukkan data BKPM (Persetujuan investasi pemerintah) yang anjlog 57% untuk modal dalam negeri dan 35% untuk modal asing dibanding tahun 2001. Data penurunan penanaman modal yang sangat besar ini, sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa ekonomi nasional makin terpuruk atau sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan (recovery). Data-data ini diperkuat lagi oleh “taksiran” pelarian modal ke luar negeri sebesar rata-rata US $ 10 milyar per tahun sejak krismon 1997.
> Desember 2002
Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Suatu Sajian Konseptual

Oleh: Fredrik Benu
--- Ekonomi rakyat tumbuh secara natural karena adanya sejumlah potensi ekonomi disekelilingnya. Mulanya mereka tumbuh tanpa adanya insentif artifisial apapun, atau dengan kata lain hanya mengandalkan naluri usaha dan kelimpahan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, serta peluang pasar.
> Desember 2002
Ekonomi Kerakyatan di NTT: Antara Realitas dan Harapan

Oleh: Frits O FanggidaE
--- Di NTT, pelaku ekonomi sebagaimana dimaksud pada umumnya terdiri dari petani kecil, peternak kecil, nelayan kecil dan pengrajin kecil di perdesaan dan para pelaku sektor informal perkotaan. Bagi para petani yang kebetulan memiliki wilayah yang cocok untuk komoditas perkebunan seperti Cengkeh, Kopi, Vanili, Jambu Mete, tingkat ekonomi mereka cukup memadai.
> Desember 2002
Membangun Perekonomian Rakyat Nusa Tenggara Timur

Oleh: Mubyarto
--- Gubernur Piet Tallo yang alumni Fakultas Hukum pernah menolak julukan miskin bagi daerahnya. “Mungkin warga NTT belum se-makmur saudara-saudaranya dari daerah lain, tetapi propinsi ini sedang mengeksplorasi berbagai potensi tambang dan kekayaan alam lain yang kelak akan membantu mengubah nasibnya”. Sebagai salah satu dari 4 propinsi “termiskin” di Indonesia berdasarkan tingkat PDRB perkapitanya, yang seluruh desanya dinyatakan sebagai desa IDT pada tahun 1996, survei BPS tahun 1997 menempatkan NTT pada urutan nasional ke-6 (79,5 % berhasil dalam aspek ekonomi).
> November 2002
Ekonomi Rakyat Indonesia Pasca Krismon

Oleh: Mubyarto
--- Selama 5 bulan (Juni-Oktober 2000) Pusat Penelitian Kependudukan UGM bekerja sama dengan RAND Corporation Santa Monica mengadakan Survei Aspek KehidupanRumah Tangga Indonesia (SAKERTI) di 13 propinsi dengan mewawancarai 10.000 keluarga atau 43.000 orang. Survei yang telah diadakan untuk ketigakalinya ini mewawancarai keluarga-keluarga yang sama (panel) yang menjadi sampel sejak Sakerti 1 (1993) dan Sakerti 2 (1997). Pada tahun 1998 khusus untuk meneliti dampak krismon yang sedang berlangsung, dilaksanakan Sakerti 2+ dengan mengambil 25% sub-sampel.
> September 2002
Jaminan Sosial Nasional Indonesia

Oleh: Yaumil Ch. Agoes Achir
--- Jaminan Sosial Nasional adalah program Pemerintah dan Masyarakat yang bertujuan memberi kepastian jumlah perlindungan kesejahteraan sosial agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Perlindungan ini diperlukan utamanya bila terjadi hilangnya atau berkurangnya pendapatan. Jaminan sosial merupakan hak asasi setiap warga negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2.
> Juli 2002
Pembangunan Indonesia yang Berkeadilan Sosial

Oleh: Manifesto Politik Ekonomi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
--- Pernyataan Bersama yang disampaikan pada akhir sesi Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat, 2 Juli 2002.
> Mei 2002
Krisis Moneter Indonesia dan Ekonomi Rakyat

Oleh: Bayu Krisnamurthi
--- Makalah ini bermaksud untuk mendiskusi krisis moneter dalam konteks ekonomi rakyat: bagaimana posisi ekonomi rakyat ketika krisis ekonomi terjadi, apakah sebagai sebab atau penerima akibat; dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah kesalahan serupa terulang dimasa depan. Oleh sebab itu tetap perlu dilakukan terlebih dahulu, penyampaian persepsi makalah ini atas ekonomi rakyat tanpa bermaksud untuk terlalu menekan pada usaha pendefinisian.
> Mei 2002
Krisis Moneter Indonesia

Oleh: Frans Seda
--- Krisis moneter Indonesia disebabkan oleh dan berawal dari kebijakan Pemerintah Thailand di bulan Juli 1997 untuk mengambangkan mata uang Thailand “Bath” terhadap Dollar US. Selama itu mata uang Bath dan Dollar US dikaitkan satu sama lain dengan suatu kurs yang tetap. Devaluasi mendadak dari “Bath” ini menimbulkan tekanan terhadap mata-mata uang Negara ASEAN dan menjalarlah tekanan devaluasi di wilayah ini.
> Mei 2002
Utang dan Imperialisme

Oleh: Revrisond Baswir
--- Masalah utang yang dihadapi Indonesia benar-benar telah sampai pada batas mencekik leher. Betapa tidak? Selain memikul beban utang luar negeri sebesar 150 milyar dolar AS (per Desember 1998), Indonesia kini juga memikul beban hutang dalam negeri sebesar Rp650 triliun. Dengan demikian, secara keseluruhan Indonesia kini menanggung beban utang sekitar Rp2.100 trilyun! Indonesia kini praktis terpuruk menjadi negara pengutang terbesar nomor lima di dunia.
> Mei 2002
Utang Luar Negeri dan Ekonomi Rakyat

Oleh: Didik J. Rachbini
--- Apakah ada hubungan antara utang luar negeri dengan ekonomi rakyat? Jawabannyatentu saja tidak bisa dikatakan tidak karena utang pemerintah pada saat ini, khususnya utang luar negeri, sudah berperan sebagai faktor, yang mengganggu APBN. Bahkan faktor gangguan yang berasal dari utang luar negeri tersebut sudah menampakkan signal negatif pada pertengahan 1980-an ketika terjadi transfer negatif.
> Mei 2002
Perjalanan Penjang Ekonomi Indonesia: Dari Isu Globalisasi hingga Krisis Ekonomi

Oleh: Herry Nugroho
--- Bila tidak menarik pelajaran dari kesalahan-kesalahannya, maka negara yang bersangkutan akan terkutuk untuk mengulangi kembali sejarah tersebut" (Satanyana). Penulis sengaja mengutip kata-kata bijak yang dilontarkan oleh seorang sastrawan dan filsuf termasyhur Amerika berdarah Hispanik, George Santayana, semata-mata karena kalimat bijak itu sangat tepat (precise) untuk menjadi sebuah"peringatan" (warning) bagi bangsa yang tengah berada dalam kesulitan ini.
> April 2002
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Mencari Format Kebijakan Optimal

Oleh: Bayu Krisnamurthi
--- Walaupun telah melewati ratusan seminar dan diskusi, hingga saat ini selisih pendapat mengenai definisi “ekonomi rakyat” masih terus berlangsung. Kondisi tersebut dapat mengisyaratkan bahwa perdebatan mengenai definisi tampaknya tidak akan terlalu produktif lagi untuk dilanjutkan, karena pada dasarnya hampir semua pihak telah sepaham mengenai pengertian apa yang dimaksud dengan “ekonomi rakyat” tanpa harus mendefinisikan. Hal tersebut menyangkut pemahaman bahwa yang dimaksud dengan “ekonomi rakyat” adalah “kegiatan ekonomi rakyat banyak”.
> Maret 2002
Ekonomi Rakyat, Perbankan Etik dan Krisis Moneter 1997/1998

Oleh: Mubyarto
--- Jika di media masa setiap hari diberitakan ”ekonomi Indonesia semakin terpuruk”, dan ”tidak ada tanda-tanda akan mengalami pemulihan pada tahun 2002”, maka data yang kami peroleh dari kantor daerah BRI Yogyakarta 1997-2001 menarik untuk disimak. Data penabung dan nilai tabungan masyarakat pada cabang BRI di seluruh DIY selama 5 tahun (1997-2001) menunjukkan kenaikan terus menerus, rata-rata 18,5 % dan 31,2 %.
> Maret 2002
Ekonomi Rakyat: Sebuah Pengantar

Oleh: Bambang Ismawan
--- Ekonomi rakyat beberapa waktu terakhir menjadi istilah baru yang banyak didiskusikan dalam berbagai forum dan oleh banyak pihak. Bukan tanpa alasan ekonomi rakyat seolah-olah menjadi trendsetter baru dalam wacana pembangunan. "Ambruknya" ekonomi Indonesia yang selama lebih dari tiga dasawarsa selalu dibanggakan oleh pemerintah, memaksa berbagai pihak meneliti kembali struktur perekonomian Indonesia.
> Maret 2002
Ekonomi Rakyat Indonesia

Oleh: Mubyarto
--- Istilah ekonomi rakyat adalah istilah ekonomi sosial (social economics) dan istilah ekonomi moral (moral economy), yang sejak zaman penjajahan dimengerti mencakup kehidupan rakyat miskin yang terjajah. Bung Karno menyebutnya sebagai kaum marhaen. Jadi ekonomi rakyat bukan istilah politik ”populis” yang dipakai untuk mencatut atau mengatas namakan rakyat kecil untuk mengambil hati rakyat dalam Pemilu.

MEMBUAT KOPERASI EKSIS TIDAK HANYA PADA 'HARI KOPERASI'

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_2.htm

[Artikel - Th. II - No. 5 - Agustus 2003]

Bayu Krisnamurthi

MEMBUAT KOPERASI EKSIS TIDAK HANYA PADA 'HARI KOPERASI'

Persaingan Paradigma

Coba cermati pemberitaan tentang koperasi di media massa. Maka dengan mudah akan terlihat bahwa pemberitaan tentang koperasi itu akan menumpuk pada sekitar Hari Koperasi tanggal 12 Juli. Seolah-olah pada sekitar tanggal itu adalah sebuah “kewajiban” untuk mendiskusikan lagi nasib koperasi. Kemudian jika ditelaah lebih dalam tentang isi berita mengenai koperasi tersebut, maka tidak akan mengherankan jika berita tentang ‘keburukan’ koperasi (koperasi tidak berperan, korupsi di koperasi, dan sebagainya) memiliki jumlah dua kali lebih banyak dibanding berita mengenai ‘kebaikan’ koperasi.

Mungkin kondisi menyedihkan itu memang merupakan kenyataan yang harus diterima. Koperasi telah mendapat berbagai keistimewaan, mulai dari penegasan dalam undang-undang dasar, pembentuk kementrian khusus yang menangani koperasi, hingga perayaan suatu “hari koperasi”; tetapi secara umum kinerja koperasi hingga saat ini masih belum seperti yang diharapkan. Dengan perkataan lain, keistimewaan yang diberikan kepada koperasi belum karena memang koperasi secara aktual “berprestasi istimewa”.

Perbedaan mendasar dari ‘koperasi’ dan ‘bukan-koperasi’ sebenarnya adalah dalam aspek kelembagaannya (institutional set-up). Secara kelembagaan, koperasi seharusnya membawa prinsip-prinsip koperasi (jatidiri koperasi) : berbasis pada anggota, bersifat partisipatif dan demokratis, bersifat otonom dan independen, berorientasi pada pendidikan, berusaha mengembangkan kerjasama antar koperasi, serta peduli dan berbasis pada komunitas; yang kemudian seharusnya akan menjiwai perilaku usaha yang dilakukan. Prinsip atau jari diri koperasi itu kemudian akan menjadi faktor pembeda sekaligus kekuatan dasar koperasi dibandingkan dengan pelaku usaha lain. Jika ada organisasi yang mengaku ‘koperasi’ tetapi tidak dapat menunjukkan praktik-praktik kelembagaan koperasi tersebut maka seharusnya organisasi tersebut tidak diakui sebagai koperasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, tentu disadari sepenuhnya bahwa koperasi bukan hanya merupakan sebuah bentuk organisasi, dan jelas harus dilihat tidak hanya sebagai suatu badan usaha. Koperasi mewakili suatu paradigma, bahkan suatu mazhab pemikiran tertentu. Dalam sejarah peradaban manusia perbedaan pemikiran tersebut adalah suatu hal yang “biasa”, sehingga adalah suatu hal yang “biasa” pula bahwa antar berbagai mazhab pemikiran berusaha untuk saling mempengaruhi dan saling membangun pengaruh. Oleh sebab itu kondisi koperasi tentu juga terkait pula dengan usaha mereka yang tidak senang dengan koperasi, atau mereka yang merasa bahwa nilai-nilai yang diperjuangkan untuk kepentingannya akan terancam jika koperasi berkembang. Oleh sebab itu, revitalisasi koperasi, baik sebagai organisasi maupun sebagai gerakan, membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menunjukkan kepentingan koperasi (bagaiman ‘vital’nya koperasi) tidak saja pada tataran normatif tetapi juga pada tataran faktual-empiris.

Mulai dari yang Ada

Pada masa yang akan datang, masyarakat masih membutuhkan layanan usaha koperasi. Alasan utama kebutuhkan tersebut adalah dasar pemikiran ekonomi dalam konsep pendirian koperasi, seperti untuk meningkatkan kekuatan penawaran (bargaining positition), peningkatan skala usaha bersama, pengadaan pelayanan yang selama ini tidak ada, serta pengembangan kegiatan lanjutan (pengolahan, pemasaran, dan sebagainya) dari kegiatan anggota. Namun alasan lain yang sebenarnya juga sangat potensial sebagai sumber perkembangan koperasi, seperti alasan untuk memperjuangkan semangat kerakyatan, demokratisasi, atau alasan sosial politik lain, tampaknya belum menjadi faktor yang dominan.

Dalam kondisi sosial dan ekonomi yang sangat diwarnai oleh peranan dunia usaha, maka mau tidak mau peran dan juga kedudukan koperasi dalam masyarakat akan sangat ditentukan oleh perannya dalam kegiatan usaha (bisnis). Bahkan peran kegiatan usaha koperasi tersebut kemudian menjadi penentu bagi peran lain, seperti peran koperasi sebagai lembaga sosial. Isyu strategis pengembangan usaha koperasi dapat dipertajam untuk beberapa hal berikut :

1. Mengembangkan kegiatan usaha koperasi dengan mempertahankan falsafah dan prinsip koperasi.

Beberapa koperasi pada beberapa bidang usaha sebenarnya telah menunjukkan kinerja usaha yang sangat baik, bahkan telah mampu menjadi pelaku utama dalam bisnis yang bersangkutan. Misalnya, GKBI yang telah menjadi terbesar untuk usaha batik, Kopti yang telah menjadi terbesar untuk usaha tahu dan tempe, serta banyak KUD yang telah menjadi terbesar kecamatan wilayah kerjanya masing-masing. Pada koperasi-koperasi tersebut tantangannya adalah untuk dapat terus mengembangkan usahanya dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip perkoperasian Indonesia. Pada prakteknya, banyak koperasi yang setelah berkembang justru kehilangan jiwa koperasinya. Dominasi pengurus dalam melaksanakan kegiatan usaha dan koperasi yang membentuk PT (Perseroaan Terbatas) merupakan indikasi kekurang-mampuan koperasi mengembangkan usaha dengan tetap mempertahankan prinsip koperasi. Jika tidak diantisipasi kondisi ini pada gilirannya akan mengaburkan tujuan pengembangan koperasi itu sendiri.

2. Keterkaitan kegiatan koperasi dengan kegiatan pelayanan usaha pada umumnya.

Hal yang menonjol berkaitan dengan isyu ini adalah dalam interaksi koperasi dengan bank. Sifat badan usaha koperasi dengan kepemilikan kolektif ternyata banyak tidak berkesesuaian (tidak compatible) dengan berbagai ketentuan bank. Sehingga akhirnya ‘terpaksa’ dibuat kompromi dengan menjadikan individu (anggota atau pengurus) sebagai penerima layanan bank (contoh : kredit KKPA). Hal yang sama juga terjadi jika koperasi akan melakukan kontrak usaha dengan lembaga usaha lain. Kondisi ini berhubungan erat dengan aspek hukum koperasi yang tidak berkembang. Disamping itu karakteristik koperasi tampaknya kurang terakomodasi dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang menyangkut badan usaha selain undang-undang tentang koperasi sendiri. Hal ini terlihat misalnya dalam peraturan perundangan tentang perbankan, perpajakan, dan sebagainya.

3. Mengatasi beberapa permasalahan dan peningkatan kemampuan usaha koperasi pada umumnya.

Koperasi (KUD) sayur di Pangalengan kebingunan pada saat ada permintaan untuk melakukan ekspor tomat ke Singapura : bagaimana mekanisme pembayarannya, bagaimana membuat kontrak yang tepat, dan sebagainya. Koperasi tersebut juga tidak tahu, atau memang karena tidak ada, dimana atau kepada siapa harus bertanya. Hal yang sama juga dihadapi oleh sebuah koperasi di Jogjakarta yang kebingungan mencari informasi mengenai teknologi pengemasan bagi produk makanan olahannya. Permasalahan teknis semacam ini telah semakin banyak dihadapi oleh koperasi, dan sangat dirasakan kebutuhan bagi ketersediaan layanan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan tersebut. Disamping itu kemampuan usaha koperasi : permodalan, pemasaran, dan manajemen; umumnya masih lemah. Telah cukup banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut, namun masih sering bersifat parsial, tidak kontinyu, bahkan tidak sesuai dengan kebutuhan. Pendampingan dalam suatu proses pemberdayaan yang alamiah dan untuk mengembangkan kemampuan dari dalam koperasi sendiri tampaknya lebih tepat dan dibutuhkan.

4. Mengakomodasi kebutuhan pengusaha kecil untuk membentuk koperasi.

Koperasi memang ditujukan untuk mereka yang kecil tetapi tetap memiliki kemampuan ekonomi. Beberapa pengusaha kecil jamu di daerah Surakarta dan sekitarnya tengah menghadapi kesulitan bahan baku (ginseng) yang pasokannya dimonopoli oleh pengusaha besar. Para pengusaha tersebut juga masih harus bersaing dengan pabrik jamu besar untuk dapat memperoleh bahan baku tersebut. Mereka ingin berkoperasi tetapi tidak dengan pola koperasi yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Hal yang sama juga dihadapi oleh pengusaha kecil besi-cor di Bandung untuk mendapatan bahan baku ‘inti-besi’-nya, atau untuk menghadapi pembeli (industri besar) yang sering mempermainkan persyaratan presisi produk yang dihasilkan. Contoh-contoh diatas memberi gambaran bahwa keinginan dan kebutuhan untuk membentuk koperasi cukup besar, asalkan memang mampu mengakomodasi keinginan dan kebutuhan para pengusaha tersebut. Kasus serupa cukup banyak terjadi pada berbagai bidang usaha lain di berbagai tempat.

5. Pengembangan kerjasama antar koperasi.

Konsentrasi pengembangan usaha koperasi selama ini banyak ditujukan bagi koperasi sebagai satu perusahaan (badan usaha). Tantangan untuk membangun perekonomian yang kooperatif sesuai amanat konstitusi kiranya dapat dilakukan dengan mengembangan jaringan kerjasama dan keterkaitan usaha antar koperasi. Hal ini juga sebenarnya telah menjadi kebutuhan diantara banyak koperasi, karena banyak peluang usaha yang tidak dapat dipenuhi oleh koperasi secara individual. Jaringan kerjasama dan keterkaitan usaha antar koperasi, bukan hanya keterkaitan organisasi, potensial untuk dikembangkan antar koperasi primer serta antara primer dan sekunder. Perlu pula menjadi catatan bahwa di berbagai negara lain, koperasi telah kembali berkembang dan salah satu kunci keberhasilannya adalah spesialisasi kegiatan usaha koperasi dan kerjasama antar koperasi. Mengenai hubungan koperasi primer dan sekunder di Indonesia, saat ini banyak yang bersifat artifisial karena antara primer dan sekunder sering mengembangkan bisnis yang tidak berkaitan bahkan tidak jarang justru saling bersaing.

6. Peningkatan citra koperasi

Pengembangan kegiatan usaha koperasi tidak dapat dilepaskan dari citra koperasi di masyarakat. Harus diakui bahwa citra koperasi telah berkembang tidak seperti yang diharapkan. Masyarakat umumnya memiliki kesan yang tidak positif terhadap koperasi. Koperasi banyak diasosiasikan dengan organisasi usaha yang penuh dengan ketidak-jelasan, tidak profesional, Ketua Untung Dulu, justru mempersulit kegiatan usaha anggota (karena berbagai persyaratan), banyak mendapat campur tangan pemerintah, dan sebagainya. Di media massa, berika negatif tentang koperasi tiga kali lebih banyak dari pada berita positifnya; berita dari para pejabat dua kali lebih banyak dari berita yang bersumber langsung dari koperasi, padahal prestasi koperasi diberbagai daerah cukup banyak dan berarti. Citra koperasi tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi hubungan koperasi dengan pelaku usaha lain, maupun perkembangan koperasi itu sendiri. Bahkan citra koperasi yang kurang ‘pas’ tersebut juga turut mempengaruhi pandangan mereka yang terlibat di koperasi, sehingga menggantungkan diri dan mencari peluang dalam hubungannya dengan kegiatan pemerintah justru dipandang sebagai hal yang wajar bahkan sebagai sesuatu yang ‘sudah seharusnya’ demikan. Memperbaiki dan meningkatkan citra koperasi secara umum merupakan salah satu tantangan yang harus segera mendapat perhatian.

7. Penyaluran dan perjuangan aspirasi koperasi

Bagaimanapun harus diakui bahwa perjuangan mengembangkan koperasi tidak akan efektif jika tidak mendapat dukungan politik yang jelas, kuat, dan nyata. Koperasi memang memegang prinsip untuk “tidak berpolitik”, tetapi koperasi dinegara lain dapat berkembang pesat antara lain karena memiliki kekuatan politik yang besar. Kekuatan politik itu ada pada gerakan koperasi yang mampu memperjuangkan kepentingan koperasi melalui berbagai pengaruhnya baik di birokrasi maupun di partai politik, tanpa menjadi birokrat atau partai. Fakta sedih yang terjadi di Indonesia adalah bahwa gerakan koperasi telah menjadi mandul oleh kondisi internal mereka sendiri. Sehingga, jangankan untuk memperjuangkan kepentingan koperasi, menjaga eksistensi dan memelihara kewibawaan diantara koperasi sendiri saja sudah sangat tersendat-sendat.

Saat ini merupakan momentum yang penting guna mengembalikan perjuangan koperasi dalam arah yang sesuai dengan jatidirinya. Hari Koperasi tahun ini mudah-mudahan dapat menjadi titik balik agar koperasi tidak hanya eksis pada hari ulang tahunnya saja. Dan hal itu hanya dapat dilakukan oleh ‘orang-orang koperasi’ sendiri yang memang benar-benar mengerti dan menghayati apa sebenarnya jatidiri koperasi.--


Oleh: Dr. Bayu Krisnamurthi -- Staf Pengajar Program Pascasarjana Ekonomi Pertanian di IPB, Kepala Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor (PSP-IPB)

Ring Tones, Wallpaper

http://id.sso.dada.net/mobi/specialoffer_id3.html

Sejumlah Bos Jamu Mundur dari Dunia "Perjamuan"

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0503/30/0507.htm

Sejumlah Bos Jamu Mundur dari Dunia ”Perjamuan”

CILACAP, (PR),-
Satu per satu pengusaha jamu tradisional di Cilacap Jawa Tengah mulai meninggalkan usaha yang telah dirintisnya bertahun-tahun. Mereka menyerahkan usahanya kepada pihak lain, meski mengaku tidak terkait dengan seringnya operasi jamu yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Setelah Probo Yulastoro — bos jamu ”Serbuk Super” (SS) yang hengkang dari dunia perjamuan, kemudian ”banting setir” ke dunia politik (kini Bupati Cilacap -red.), menyusul kemudian H. Ahmad Sumadiarjo — pemilik PT serbuk Manjur Jaya (SMJ) — pabrik jamu tradisional terbesar di sentra jamu Desa Gentasari Kec. Kroya Cilacap.

Saat berbincang dengan ”PR” di ruang tunggu kantor sekretaris daerah (sekda) setempat, belum lama ini, Madi — panggilan populernya — mengaku menekuni bisnis lain serta meninggalkan per-jamu-an. Dia kini menjadi direktur sebuah perusahaan percetakan. ”Usaha jamu sudah saya serahkan ke orang lain. Saya sudah tidak lagi berkecimpung di sana, namun hanya sebatas pengamat. Saya sekarang sibuk mengurusi usaha percetakan,” ujarnya terus terang.

Ketika ditanya alasannya, secara diplomatis dia menjawab ingin mencari suasana baru selain juga capai. ”Sudah puluhan tahun saya berkecimpung di jamu. Wajar kan kalau saya ingin mencari suasana baru,” katanya. Sementara itu, mengutip keterangan Ketua Koperasi Jamu (Kopja) Aneka Sari Cilacap, Johan Sarijo, saat ini sekira 70% produsen jamu tradisional di Gentasari dan sekitarnya menutup usahanya. Hal itu dilakukan karena sudah sekira 2 tahun usahanya sepi serta sering jadi sasaran operasi BPOM.

”Dulu ketika jamu masih jaya, jumlah anggota koperasi sekira 600 perusahaan. Kini, jumlah tersebut terus menyusut dan tinggal 100-an perusahaan. Itu pun sebagian besar rumahan dengan omzet sangat kecil,” jelasnya sambil menambahkan bahwa anggota koperasi yang menutup usahanya terutama dari kelompok menengah ke bawah.

Bayar angsuran bank

Menurut Sarijo, beberapa anggota koperasi yang kebetulan masih punya modal, sebagian mengalihkan usahanya ke bidang lain. Ia sendiri kini menangani usaha SPBU, jual beli mobil bekas, dan kontraktor jasa konstruksi. Hanya, bagi yang modalnya pinjaman bank, terpaksa menjual aset-asetnya untuk membayar utang. Tidak sedikit di antara mereka menjual mobil, motor maupun sawah. ”Mau bagaimana lagi. Usaha seret, sementara bank harus tetap dibayar. jalan satu-satunya menjual aset yang dimiliki,” tandasnya.

Pada bagian lain, dampak lesunya usaha jamu menyebabkan jumlah pengangguran di sentra jamu Desa Gentasari meningkat. Tidak hanya karyawan harian yang meganggur, para agen dan tenaga pemasaran di luar Jawa pun banyak yang ditarik pulang kampung. Sarijo yang menggantikan Probo Yulastoro sebagai Ketua Kopja Aneka Sari, menyesalkan langkah BPOM yang tidak melihat langsung kondisi di lapangan. ”Saat ini saya mendata sisa-sisa anggota yang masih mau bergabung dengan koperasi. Akan tetapi, belum sempat pembinaan dilakukan, muncul permasalahan baru dengan dibatalkannya sejumlah tanda register (TR) produk tertentu,” ujarnya.

Sebelumnya, kecaman terhadap BPOM juga datang dari pengamat yang juga mantan pengelola pabrik jamu PT SMJ, Ahmad Sumadiarjo. ”Apa yang diumumkan BPOM adalah kasus lama (tahun 2001) yang sudah selesai. Akan tetapi, mengapa tiba-tiba diungkit lagi,” keluhnya.

Belum lama, Sumadiarjo mengaku menjadi pembicara dalam seminar jamu tradisional di Bandung serta duduk bersama Kepala BPOM, Sampurno. Dalam seminar itu, Sampurno sama sekali tidak menyinggung soal produk jamu PT SMJ. ”Saya jadi kaget, tiba-tiba saja sebagian produk PT SMJ ditarik dari peredaran. Padahal, tanda register (TR) produk jamu yang ditarik tersebut sudah diganti oleh Badan POM 7 Oktober 2002 lalu. Jadi, produk itu tidak ada lagi di pasaran dan sudah diganti dengan produk baru yang sama sekali tidak mengandung kimia obat,” jelasnya. (A-100)***

Koperasi Jamu - Y A H O O

http://search.yahoo.com/search?p=koperasi+jamu&fr=yfp-t-501&toggle=1&cop=mss&ei=UTF-8&vc=&fp_ip=ID

Koperasi Jamu - Yahoo

Alamat Penting - Induk Koperasi

http://www.dekopin.coop/index.php?page=induk_koperasi&awal=30


Induk Koperasi

31. Induk Koperasi Jamu (INKOPJAM)
Jalan raya Cibinong KM. 39, Cibinong Bogor 16917
Telpon : (021) 8752049 Fax. (021) 8752049
Email :
32. Induk Koperasi Syariah BMT (INKOPSYAH-BMT)
Jalan Tebet Timur Raya No. 57 Jakarat Selatan
Telpon : Fax.
Email :
33. Induk Koperasi Takmir Al-Masjid indonesia (INKOPTAMI)
Jalan Taman Wijaya Kusuma, KM. 94 Jakarta 10710
Telpon : (021) 3517921 Fax. (021) 3841789
Email :
34. Koperasi INSANI

Telpon : (021) 79195705 Fax. (021) 79195705
Email :
35. Induk Koperasi Usaha Swadaya Mandiri (INKOPUSMA)
Jalan sawo No. 1 Cipete, Jakarta Selalatan
Telpon : (021) 7253249, 7246663 Fax. (021) 7253275
Email :
36. Induk Koperasi Sawit Indonesia (IKSI)
Dekopinwil Jambi
Telpon : Fax.
Email :
37. Induk Koperasi Syirkah Muamanah (INKOPSIM)
Jalan Melawai VII No. 1, Jakarta 12160
Telpon : (021) 7202457 Fax. (021) 7202457, 5251625
Email :
38. Induk Koperasi Perunggasan Indonesia (INKOPSI)
Jalan Iskadarsyah Raya No. 7, Jakarta Selatan
Telpon : (021) 7396836 Fax. (021) 7937974
Email :
39. Induk Koperasi Perkebuna Tebu Rakyat Indonesia (INKOPETRI)
Jalan Bendul Merisi No. 115, Surabaya 60244
Telpon : (031) 8417949 Fax. (031) 366472
Email :
40. Induk Koperasi Jasa Kesehatan Indonesia (IKJKI)
Jalan Masjid No. 127, Duri Kelapa, jakarta 11510
Telpon : (021) 56966670 Fax. (021) 56966670
Email :

>>Mailing Lists - Forum Diskusi - Koperasi Jamu Yogyakarta

http://tech.groups.yahoo.com/group/koperasijamuyogyakarta/

>>Multiply - Koperasi Jamu Yogyakarta

http://koperasijamuyogya.multiply.com/

>>Blogspot - Koperasi Jamu Yogyakarta

http://koperasijamuyogyakarta.blogspot.com/

>>Wordpress - Koperasi Jamu Yogyakarta

http://koperasijamuyogyakarta.wordpress.com/

>>Email - Koperasi Jamu Yogyakarta

koperasijamuyogyakarta@yahoo.com